Menganalisis Film "Imperfect" Berdasarkan Teori Semiotika
Nama : Zahra Muyasyarah
NPM : 202046500325
Kelas : R4E
IMPERFECT
Berdasarkan Teori Semiotika
Pendahuluan
Karena maraknya body shaming yang terjadi di Indonesia, munculah film yang mengangkat permasalahan ini. Film tersebut berjudul Imperfect. Imperfect merupakan film bergenre drama komedi Indonesia bertemakan keluarga dan kehidupan sosial yang tayang di bioskop Indonesia pada tahun 2019 akhir lalu. Film ini disutradarai oleh Ernest Prakasa dan diproduksi bersama Starvision.
Film ini diadaptasi dari buku yang berjudul Imperfect itu sendiri yang ditulis oleh Meira Anastasia, istri Ernest. Naskah beserta ceritanya dibentuk kembali oleh Ernest menjadi sebuah cerita baru dengan plot dan topik permasalahan yang sama di dalamnya.
Film ini dibintangi oleh Jessica Mila dan reza Rahadian. Film ini ditayangkan pada 19 Desember 2019 dan mendapatkan sambutan yang positif dari kalangan penonton maupun pengkritik.
Imperfect bercerita tentang kisah perjalanan hidup Rara yang diperankan oleh Jessica Mila. Rara adalah seorang gadis yang memiliki tubuh yang gemuk dan berkulit sawo matang yang mencoba melawan bully, body shaming, dan beauty standart. Rara yang terlahir dari rahim seorang model sukses di era 90-an bernama Debby (Karina Soewandi), harus menjalani hidup penuh tekanan lantaran seringkali menerima perilaku body shaming dan juga dibandingkan dengan adiknya yang memiliki perbedaan fisik yang signifikan.
Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.
Indeks :
Pada adegan dua lelaki menolak berbagi meja, Adegan ini merepresentasikan keadaan di mana laki-laki berusaha menghindari wanita yang memiliki tubuh yang kurang menarik menurut mereka.
Pada adegan marsha dan temannya yang saling memuji, merepresentasikan pergaulan wanita di mana mereka saling memuji namun tampak tidak dengan tulus.
Pada adegan dimana rara menjawab ketus pertanyaan adiknya, menunjukan rasa frustasi Rara dengan melampiaskan rasa Insecurity-nya kepada adiknya dan menganggap bahwa adiknya tidak akan mengerti masalah yang ia hadapi karena berkaitan dengan fisik yang berebeda dengannya.
Pada adegan dimana Rara mengalami puncak emosi, menggambarkan rasa lelah dan tertekan Rara dengan segala masalah yang ia hadapi, kemudian tersulut oleh situasi di mana hal itu mengecewakan baginya.
Pada adegan perdebatan Rara dan Ibunya, merupakan pengungkapan rasa kecewa Rara terhadap iunya yang sering membandingkan fisiknya dengan fisik adiknya, dan hal tersebut bukanlah sesuatu yang bisa ia pilih saat lahir.
Pada ucapan Rara di akhir film, menunjukan bahwa Rara telah melewati fase di mana ia merasa cantik bukan lah penentu kebahagiaan hidupnya, karena cantik dan bahagia tidak selalu berjalan beriringan.
Ikon :
Karakter Rara adalah seseorang yang baik, ramah dan optimis, namun memiliki rasa kurang percaya diri terhadap fisiknya, menggambarkan sosok wanita pada umumnya.
Dika adalah seseorang yang pengertian sebagai pasangan dan dapat dengan tulus mencintai pasangannya sebagaimana apa yang ada dalam diri pasangannya.
Fey merupakan sahabat baik dan dapat mendukung sahabatnya dengan kondisi apapun yang sedang ditempuh oleh sahabatnya.
Marsha sebagai tokoh antagonis yang mana ia merasa dirinya lebih daripada Rara dari segi peampilan fisik, dan merasa bias mendapatkan apa yang ia mau dengan caranya sendiri. Ibunda Rara menggambarkan sifat ibu pada umumnya di mana sering mengomentari fisik anaknya walaupun ia memiliki maksud dan tujuan yang baik.
Simbol :
Pada adegan dimana Lulu merasa tidak percaya diri pada sosial medianya, adegan tersebut merepresentasikan bahwa wanita yang memiliki fisik yang rupawan pun juga memiliki rasa tidak percaya diri.
Pada adegan Rara memakan coklat, mempresentasikan bahwa coklat dianggap sebagai makanan yang dapat menjadi solusi ketika seseorang merasa stress atau tertekan terhadap sesuatu.
Pada adegan Rara menangis di depan cermin, menggambarkan bahwa Rara merasa kecewa atas perubahannya, perubahan yang ia anggap dapat membuatnya bahagia melainkan mendatangkan masalah baru yang ia harus hadapi.
Setelah meneliti film Imperfect dengan cara menonton film tersebut dari awal hingga selesai, Saya dapat menyimpulkan bahwa terdapat makna tertentu dari film Imperfect Ini.
Tanda tanda yang terdapat dalam film dikaji melalui klasifikasi objek dari semiotika Charles Sanders Pierece yang terbagi menjadi tiga dimensi, yaitu :
Dimensi Ikon : Sebuah gambaran karakter yang menyerupai sifat seorang manusia pada umumnya yang diwakili oleh tokoh dalam film.
Dimensi indeks : Makna yang terjadi dalam adegan tertentu yang terdapat dalam film, bahwa adegan memiliki maksud yang ingin disampaikan atau merpresentasikan kehidupan masyarakat saat ini. Dalam film Imperfect beberapa kejadian di masyarakat direpresentasikan dalam beberapa adegan film tersebut, seperti Rara yang merasa dirinya kurang menarik, atau tentang bagaimana pergaulan wanita ditunjukan dengan adegan Marsha bersama temannya.
Dimensi simbol : memberikan arti yang dapat dipahami karena adegan dalam film menunjukan seuatu yang penonton dapat mengerti dengan referensi yang ada dalam hidup mereka. Dalam film Imperfect, dimensi ini dijelaskan pada adegan yang memiliki dialog non verbal seperti Rara menangis di depan cermin untuk menunjukan rasa penyesalannya atas perubahan fisik yang membawanya pada masalah baru.
Sekian, Terima Kasih
Wassaamuálaikum Wr.Wb
Komentar
Posting Komentar